
MERAUKE- Sejak ditemukan pada tahun 1995 sampai Agustus 2019, jumlah penderita HIV-AIDS di Kabupaten Merauke telah mencapai 2.295 orang, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.052 dan perempuan sebanyak 1.197 orang.
“Ini merupakan data kumulatif sejak 1995 sampai bulan Agustus 2019, yang sudah berhasil ditemukan sebanyak 2.295 orang,’’ kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Merauke dr. Stevanus Osok, ketika dihubungi lewat telpon selulernya, Selasa (19/11).
Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke yang pensiun di tahun 2016 tersebut mengungkapkan bahwa dari jumlah tersebut, yang berstatus HIV sebanyak 1.285 orang dan yang sudah pada tingkat AIDS sebanyak 1.010 orang. Sementara yang meninggal dunia sebanyak 656 orang.
“Tapi yang meninggal ini kemungkinan lebih banyak lagi. Karena mereka yang ditemukan positif HIV-AIDS ini ada yang sudah pulang ke kampung halaman mereka sehingga kalau sudah pulang ke kampung asal kita tidak mendapat informasi selanjutnya,’’ terangnya.
Dari sisi profesi, terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 476 orang, disusul Wanita PSK 269 orang, lalu swasta 267 orang. Selanjutnya lain-lain yang saat pemeriksaan tidak dicatat profesinya sebanyak 495 orang, kemudian petani sebanyak 242 orang, PNS sebanyak 162 orang, buruh 104 orang, pelajar mahasiswa 99 orang, TNI-Polri 57, nelayan 38 orang, sopir 12 orang, muchicari 8 orang, dan PSK jalanan 8 orang.
Sementara di tahun 2019 terhitung dari Januari – Agustus 2019, dari 16.969 orang yang menjelani VCT telah ditemukan 92 diantaranya positif HIV atau sekitar 0,54 persen. Menurut dia, sekarang ini ada tiga fokus kegiatan yang dilakukan yang disebut Three zero. Zero pertama jangan sampai ada infeksi baru. Lalu Zero kedua jangan sampai ada yang meninggal karena HIV dan Zero ketiga stigmasasi.
“Zero kedua, jangan sampai ada kematian karena HIV itu kita targetkan semua penderita HIV atau ODHA harus mendapat pengobatan ARV. Jadi arahnya ke sana. Jadi semua odha yang terdeteksi HIV kita upayakan ada pendampingan dan diberi obat ARV,’’ katanya.
Diakui, untuk kasus-kasus di Merauke belum semua penderita HIV-AIDS mendapat ARV. “Makanya lewat KPA ini kita lagi berkoordinasi terus, satu bulan satu kali berkumpul dengan stakeholder misalnya dengan rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan dan beberapa yayasan yang mendampingi Odha seperti Yasanto. Kita selalu evaluasi sejauhmana cakupan kita menangani ODHA dan ARV. Dengan harapan kalau pendampingan baik sambil minum ARV, sehingga zero meninggal karena HIV itu bisa kita capai,’’ tandasnya. (ulo/tri)