MERAUKE-Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Merauke Paino, SIP, MAP mengungkapkan, bahwa sejumlah titik di Kabupaten Merauke yang dihuni oleh warga dari Kabupaten Boven Digoel, Mappi dan Asmat. Namun terbanyak adalah warga Asmat.
“Mereka itu sebenarnya sudah dikategorikan penduduk Merauke, karena sudah bertahun-tahun tinggal di Merauke. Bahkan ada yang sudah beranak cucu. Namun demikian, identitas mereka masih ada di Asmat,” kataPaino ketika ditemui media ini di Kantornya, Selasa (22/6).
Satu-satunya jalan, ungkap Paino adalah mereka secara kolektif didata kemudian diajukan pemindahan dari Asmat. Setelah pemindahan tersebut barulah KTP Merauke bisa diterbitkan. “Kalau masih terdaftar di Asmat, kita tidak bisa terbitkan Kartu Keluarga dan KTP. Kecuali, kalau mereka itu di Asmat, Mappi maupun di Boven Digoel belum terdaftar. Sama sekali belum ada datanya, barulah kita bisa foto dan rekam di Merauke. Tapi kalau sudah direkam di daerah asal, itu sama sekali kita tidak bisa terbitkan identitasnya di Merauke sepanjang belum ada permintaan pindah dari daerah asal,” katanya.
Ini karena sistem sudah canggih. Ketika sudah melakukan perekaman di daerah asal, maka saat direkam dan akan dicetak tidak bisa tercetak. “Itulah yang dialami oleh masyarakat kita dari sana,” jelasnya.
Ditambahkan Paino bahwa dengan tidak terdaftar sebagai penduduk Merauke, sebenarnya di satu sisi merugikan Pemerintah Kabupaten Merauke, karena salah satu perhitungan DAU adalah penduduk. Sisi lain, merugikan warga itu sendiri karena bantuan sosial dari pemerintah melalui Kemensos atau Dinsos tidak terdata karena bukan penduduk Merauke.
Begitu juga bantuan lainnya. “Kecuali kalua itu bantuan dari LSM atau dari masyarakat tidak masalah. Tapi, kalau dari pemerintah sekarang ini semuanya sudah berbasis Nomor Induk kependudukan dan Kartu Keluarga,” pungkasnya. (ulo/tri)