
MERAUKE-Pemerintah Kabupaten Merauke saat ini tengah berusaha untuk mengusulkan hak paten atau hak kekayaan intelektual indikasi geografis beras Merauke. Dalam rangka itu, Pemerintah Kabupaten Merauke mengundang seluruh stakeholder untuk mulai mengumpulkan semua data yang ada untuk nantinya diteliti lebih lanjut berlangsung di ruang Rapat Bappeda dan Litbang Kabupaten Merauke, Selasa (30/7).
Sekretaris Daerah Kabupaten Merauke Drs Daniel Pauta mengungkapkan, untuk dapat mengusulkan hak paten kekayaan intelektual geografis beras Merauke ini maka pihaknya menghadirkan pada pelaku mulai dari Gapoktan, petani itu sendiri, PPL, intansi terkait dalam hal ini dinas pertanian, pasca panen BUlog dan para pelaku pasar dan intansi terkait dalma hal ini Bappeda terkait perencanaan dan LIPI yang akan melakukan penelitian.
‘’Mereka akan melakukan penelitian mulai dari sejarah adanya padi Merauke yang kita kenal dengan padi Kumbe, kemudian varitas padi apa yang banyak ditanam masyarakat lalu hasilnya bagaimana. Mengapa para petani sering menggunakan varitas tersebut. Kemudian hasilnya apakah dikonsumsi atau dijual ke pasar atau dan sebagainya. Mereka juga akan melihat kondisi existing saat ini berapa lahan sesunguhnya yang produktif dan digarap petani dan berapa kali panen dalam satu tahun,’’ jelas Daniel Pauta.
Termasuk yang akan digali menyangkut pengairannya dan berapa ton perhektar dan apakah jika ada perlakukan khusus maka akan meningkatkan produksi atau bagaimana.
Bahkan dalam pertemuan tersebut, kata Sekda pihaknya mendapatkan informasi bahwa ternyata ada padi lokal Merauke bernama jempol laut. Menurut Sekda, meski waktunya cukup Panjang baru panen yakni sekitar 7 bulan dan hasilnya relative sedikit yakni hanya sekitar 2 ton perhektar namun karena padi ini adalah lokal Merauke maka menurut orang LIPI maka padi ini akan diteliti lebih lanjut.
“Mungkin bisa digunakan tehnologi untuk bisa dikembangkan menjadi 3-4 bulan dan produksinya dapat ditingkatkan,’’ tandasnya.
Sekda menambahkan bahwa pihaknya juga mengusulkan agar ada padi yang bisa tumbuh di air payau karena pada musim kemarau sebagian lahan di Merauke kemasukan air sungai atau air payau sampai ke kampung-kampung.
“Kadang-kadang ini juga menjadi kendala bagi petani untuk mengembangkan padinya di sawah,’’ terangnya.
Untuk mematenkan padi Merauke ini, jelas Sekda Daniel Pauta tentunya akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena setelah megambil sampel tersebut, para peneliti dari LIPI ini akan membawanya ke Bogor untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
‘’Karena mereka berpendapat kalau bisa beras dari Merauke itu bisa menjadi salah satu komoditi unggulan yang akan membantu pemerintah Republik Indonesia minimal sebagian rakyat di Papua berasnya disuplai dari Merauke,’’ tambahnya. (ulo/tri)