
MERAUKE- Ratusan hektar lahan padi siap panen di Merauke rusak akibat mesin perontok padi atau combine sangat terbatas pada musim panen rendengan tahun 2019.
Kepada wartawan, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Merauke Edi Santoso mencatat kurang lebih 987 hektar lahan padi siap panen mengalami kerusakan akibat kekurangan combine tersebut. ‘’Cukup luas yang mengalami kerusakan akibat kita kekurangan combine. Kami mencatat sekitar 987 hektar,’’ kata Edi Santoso.
Edi Santoso menjelaskan, padi-padi tersebut masih bisa tetap dipanen dengan cara manual, namun yang dapat diselamatkan tinggal sekitar 30 persen. Sedangkan sekitar 70 persen sudah rusak karena padi tersebut sudah rebah dan sebagian padinya sudah tumbuh. ‘’Tentunya ini memang sangat merugikan para petani,’’ jelasnya.
Edi mengungkapkan bahwa berbagai faktor, sehingga mesin pemotong padi tidak bisa menjangkau padi yang waktunya harus dipanen tersebut. Pertama, karena mesin combine di Merauke memang masih terbatas dibandingkan dengan luasan panen rendengan tahun ini yang mencapai 34.000 hektar. Kedua, panen rendengan tersebut hampir serentak. ‘’Karena memang musim tanam rendengan tahun ini mengalami keterlambatan sekitar 1 bulan karena masalah air. Rata-rata tanamnya itu mulai Januari, sehingga sebelumnya apa yang saya prediksi benar-benar terjadi,’’ kata Edi Santoso.
Para petani, kata Edi Santoso mengandalkan combine tersebut. Selain karena masalah keterbatasan sumber daya manusia, dimana yang turun ke sawah rata-rata para orang tua juga karena setiap petani menggarap lahan sawah lebih dari 2 hektar. ‘’Sehingga kalau di panen secara manual memang sudah sangat sulit. Pertama karena faktor tenaga dan mereka memang memilih menunggu combine karena lahan garapannya memang luas,’’ terangnya.
Karena itu, lanjut Edi Santoso, pengadaan mesin combine untuk mendukung pertanian di Merauke tersebut sangat mendesak untuk dilakukan. Rencananya, tahun ini pihaknya mengusulkan untuk pengadaan mesin combine sebanyak 20 unit, selain bersumber dari APBD Kabupaten Merauke dan APBN juga bersumber dari dana Otsus Papua.
“Untuk pengadaan combine yang bersumber dari Otsus Papua itu adalah untuk kampung-kampung lokal. Karena sekarang ini kampung-kampung lokal sudah banyak yang menggarap lahan di atas 30 hektar seperti Onggari, Bokem dan Nasem, kawasan Marata, Waninggap Nanggo dan sejumlah kampung lokal lainnya,” tandasnya. (ulo/tri)