Demo Mahasiswa Dibubarkan, Abepura Sempat Tegang

By

JAYAPURA-Aksi demo Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyarawatan Mahasiswa (MPM) bersama mahasiswa Universitas Cenderawasih di depan gapura kampusa Universitas Cenderawasih (Uncen) Abepura, dibubarkan aparat Kepolisian, Senin (28/9).

Aparat Kepolisian terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan aksi demo mahasiswa yang menuntut elit politik di Papua untuk menghentikan pembahasan otonomi khusus, karena tidak melibatkan masyarakat Papua.   

Ketegangan sempat terjadi di sekitar Abepura khususnya di lokasi kampus Uncen Abepura. Namun ketegangan ini tidak berlangsung lama.

Rektor Uncen Jayapura Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT., terlihat turun langsung dan berkoordinasi dengan aparat gabungan TNI-Polri yang sedang melakukan pengamanan demo. Setelah situasi kondusif, aparat keamanan meninggalkan Kampus Uncen Abepura.

Selain di kampus Uncen Abepura, ratusan mahasiswa juga menggelar aksi demo di gapura Kampus Uncen Waena. Berbeda dengan aksi demo yang dilakukan di Abepura, aksi demo mahasiswa di Waena yang juga menyuarakan penolakan terhadap otonomi khusus, berjalan tertib dan aman.

Dari pantauan Cenderawasih Pos di depan Kampus Uncen Waena, perwakilan mahasiswa mulai melakukan orasi sekra pukul 08.00 WIT. Selama orasi berlangsung, ratusan aparat keamanan gabungan TNI-Polri yang diturunkan untuk mengamankan aksi demo tersebut.

Aparat keamanan memberikan waktu kepada mahasiswa untuk melakukan orasi hingga pukul 11.00 WIT. Setelah melakukan orasi, ratusan mahasiswa kemudian membubarkan diri dengan tertib dan aman.

Ketua BEM Uncen Jayapura, Yops Itlay menegaskan bahwa demo yang digelar ini merupakan aksi murni mahasiswa Uncen dan tidak ditungangi oleh kepentingan manapun.

“Tema sentral dalam aksi demonstrasi yang kami lakukan, yaitu para elit politik di Papua hentikan pembahasan Otonomi Khusus (Otsus), karena tidak melibatkan masyarakat Papua. Pembahasan Otsus harus melibatkan rakyat, sehingga keinginan rakyat itu bisa diakomodir,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, kemarin.

Yops berharap, pembubaran yang dilakukan oleh aparat gabungan TNI-Polri terhadap aksi demonstrasi di Kampus Uncen tidak boleh lagi terjadi. Apalagi aparat keamanan sampai masuk ke dalam kampus. Karena aksi demonstrasi yang dilakukan menurutnya dari mahasiswa Uncen.

“Aksi demonstrasi yang dilakukan ini mayoritas dari mahasiswa Universitas Cenderawasih. Memang ada beberapa mahasiswa dari luar yang bergabung, tetapi mayoritas kami dari mahasiswa Uncen. Sehingga kedepan kami berharap kepada pimpinan universitas untuk melindungi kami,” ucap mantan Ketua BEM Fakultas Hukum  Uncen ini.

Yops berharap kedepan, pimpinan universitas sebagai orang tua bagi para mahasiswa di Uncen dapat melindungi mahasiswa. Apalagi agenda yang disuarakan dalam aksi demonstrasi ini untuk kepentingan masyarakat Papua, sehingga berharap kedepan antara bapak dan anak bisa berjalan bersama-sama dan tidak saling menyalahkan.

Dalam aksi demo yang dibubarkan di Kampus Uncen Abepura, Yops Itlay menyebutkan ada beberapa orang mahasiswa yang mengalami luka-luka saat dilakukan pembubaran aksi demo.

Pihaknya menilai, aparat keamanana membatasi ruang demokrasi untuk mengekang suara mahasiswa dalam membicarakan keluhan masyarakat untuk menolak Otsus yang memurut mereka telah Gagal dan telah membunuh banyak orang Papua.

“Untuk sementara kami belum berpikir lanjut dan kami rencana evaluasi. Ke depan kami akan fokus ke kajian ilmiah. Kami akan melakukan seminar nasional dan kami akan mengundang BEM se-Papua dan Papua Barat. Kami akan bicarakan dalam ranah ilmiah,” tambahnya.

Terkait kampus Uncen Jayapura yang melakukan kajian Otsus dan menyerahkan kepada pemerintah provinsi, mahasiswa meminta agar hal tersebut dapat dibuka kepada masyarakat. Khususnya terkait isi kajian karena mahasiswa menilai sarat kepentingan dan tidak transparan dengan tidak melibatkan masyarakat umum.

“Kajian akademisi Uncem soal Otsus ini kami belum lihat. Apa benar ini sudah sesuai arpirasi bersama akar rumput atau tidak. Hasil kajianya seperti apa dan kajian ini benar-benar untuk rakayat atau tidak. Karena ini untuk rakyat dan kami ragukan jangan sampai ini terjadi hanya oleh kepentingan oknum,” tutup Yops Itlay.

Sementara itu, sebanyak 550 personel gabungan diturunkan mengamankan aksi demo mahasiswa.

Kapolresta Jayapura Kota AKBP Gustav R Urbinas mengatakan, pengawasan dan pengamanan dilakukan di dua lokasi yakni gapura kampus Universitas Cenderawasih Waena dan gapura Kampus Uncen Abepura.

“Sebelumnya pemberitahuan sudah kami respon beberapa hari lalu. Kami menyampaikan ke Korlap aksi demo tidak bisa dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan aturan undang-undang,” jelas Kapolresta Gustav Urbinas kepada wartawan.

Alasan tidak diizinkan lanjut Kapolresta, karena dapat menjadi potensi gangguan Kamtibmas. Lebih khusus dalam masa pandemi Covid-19, sehingga pihaknya tidak memberikan izin terkait dengan aksi unjuk rasa atau demo di wilayah hukumnya.

“Jangan sampai menganggu ruang publik. Karena banyak masyarakat yang rugi nantinya. Ketertiban dan ketentramannya akan terganggu, jika masa banyak jaminan terhadap keamanan akan rentan,” tuturnya.

Gustav Urbinas juga menyampaikan bahwa sebelum pembubaran di dua lokasi demo, pihaknya terlebih dahulu memberikan imbauan. Namun sayangnya imbauan tersebut tidak digubris sehingga dilakukan pembubaran paksa dan ada perlawanan.

“Sempat ada tiga orang yang kami amankan dan satu orang terluka akibat lecet di kepalanya. Usai mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Bhayagkara yang bersangkutan langsung dipulangkan,” ucapnya.

Sementara tiga orang yang diamankan lanjut Kapolresta, sudah dipulangkan langsung oleh Kapolsek Abepura dan dijemput langsung oleh salah satu Dekan Universitas Cenderawasih.

“Aparat tidak pernah menutup ruang demokrasi, hanya saja dibatasi karena ada hal-hal lain yang harus dipertinbangkan terhadap masyarakat umum lainnya, terlebih saat ini sedang dalam masa pandemi Covid-19,” pungkasnya.(bet/oel/fia/nat)

Tinggalkan Balasan

You may also like

Hot News

%d blogger menyukai ini: