Kapolres: Intan Jaya Aman Terkendali
JAYAPURA- Rentetan bunyi senjata kembali terdengar di Kabupaten Intan Jaya. Kontak tembak dilaporkan terjadi antara TNI Tim Alap-alap 2 yang dipimpin Letda Inf Alif dari Yonif Raider 715/MTL dengan Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di Kampung Puyagia, Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya, Sabtu (6/3) sekira pukul 11.52 WIT.
Kapen Kogabwilhan III, Kol Czi IGN Suriastawa dalam rilisnya menyebut bahwa KSB diperkirakan dari kelompok Undianus Kogoya dengan kekuatan sebanyak empat orang. Mereka membawa 1 pucuk senjata bergerak dari arah Kampung Pesiga menuju ke arah Kampung Kumbalagupa Distrik Sugapa, melakukan kontak tembak dengan Tim dari YR 715.
“Dari kontak tembak tersebut dilaporkan dua orang KSB tertembak. Satu orang meninggal dunia sementara satu orang tertembak di kaki tetapi berhasil melarikan diri. KSB lainnya kabur membawa senjata,” ungkap Suriastawa sebagaimana rilis yang dikirimnya.
Lanjutnya, hingga saat ini identitas anggota KSB masih belum diketahui. Pasalnya, tidak ditemukan identitas dan warga setempat tidak dikenal, anggota KSB tersebut.
“Tidak ada korban dari TNI, saat ini sedang dilakukan pengurusan jenazah KSB dengan warga Kampung Sonetapa, Distrik Sugapa,” terangnya.
Secara terpisah, Kapores Intan Jaya AKBP Sandi Sultan mengaku wilayah hukumnya itu aman terkendali. Dimana aktivitas warga berjalan seperti biasa. Bahkan pihaknya baru saja melakukan bhakti sosial dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial kepada warga yang ada di Intan Jaya.
“Intan Jaya kondusif dan tidak ada hal-hal yang menonjol, aktivitas warga berjalan seperti biasa,” ucap Kapolres Sandi Sultan saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telfon selulernya, Minggu (7/3).
Terkait dengan pemberitaan yang bergulir di media sosial yang menyebut TNI-Polri menembak mati seorang siswa SMP bernama Melianus Nayagau. Kapolres menyampaikan, jika yang menulis status tersebut mengetahui persis kejadian maka bisa dijadikan sebagai saksi untuk memberikan kesaksiannya kepada pihak Kepolisian.
“Yang buat informasi TNI-Polri menembak pelajar maka saya jadikan dia sebagai saksi, berarti dia tahu identitas korban,” tegasnya.
Menurut Kapolres, identitas yang disebutkan di mayat tersebut merupakan identitas orang yang sudah meninggal sebelumnya pada tahun 2018.
Sementara itu, Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Papua Yohanis Mambrasar menuturkan, pendekatan militer pemerintah Indonesia menciptakan ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia. ”Apakah orang Papua akan hidup damai dan sejahtera di dalam Negara Indonesia,” terangnya.
Yang ada, pendekatan militer ini justru merawat kekerasan terhadap orang Papua, dari generasi ke generasi. Yang terus melahirkan kebencian terhadap pemerintah Indonesia. ”Kebijakan itu selama ini malah menampilkan pemerintah Indonesia sedang mengkoloni orang Papua,” ujarnya.
Menurutnya, pendekatan militer tanpa dialog itu justru memperluas perlawanan bersenjata di Papua. Pada 1963 hingga 1980 konflik di wilayah pesisir Papua. ”Kini, setelah tahun 2000-an, konflik meluas dan menguat di wilayah pegunungan,” jelas lelaki yang juga advokat tersebut.
Karena itu, pemerintah Indonesia harus mengubah pendekatan militer. Tidak bisa menyelesaikan masalah konflik Papua hanya dengan senjata. ”Harus diselesaikan dengan cara-cara damai,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin.
Persoalan-persoalan pokok, seperti sejarah politik dan kekerasan militer wajib dibicarakan. Pemerintah harus bicara langsung dengan kelompok politik di Papua dan membangun konsesus bersama. ”Pemerintah harus komitmen dalam menjalani setiap kesepakatan politik. Dalam banyak kasus pemerintah selalu berjanji, tapi tidak ditepati,” ujarnya. (fia/idr/nat)