Posisi ban mobil pemadam kebakaran yang terlihat sangat mepet dengan bangunan rumah warga di kawasan pemukiman samping Pasar Youtefa , Jumat (3/12). Sempitnya akses jalan membuat mobil pemadam sulit bergerak melakukan pemadaman. (FOTO: Gamel Cepos)
JAYAPURA – Di tengah maraknya kejadian kebakaran di Kota Jayapura, sebuah informasi mengejutkan justru muncul terkait kondisi bangunan di Jayapura yang ternyata sebagian besar belum memenuhi standart proteksi kebakaran. Ini patut diperhatikan mengingat musibah bisa terjadi kapan saja dengan kerugian yang tidak sedikit. Bahkan kehidupan atau usaha harus dimulai lagi dari nol jika api meratakan tempat tinggal atau tempat usaha tersebut.
Kabid Damkar Kota Jayapura, Fera menyampaikan bahwa di tengah pesatnya pembangunan di Jayapura ternyata belum dibarengi dengan kesiapan mempersiapkan sarana prasarana dari aspek pencegahan kebakaran. Warga juga seperti malas tahu dengan musibah ini dan baru menganggap semua penting setelah kejadian. Fera bahkan menjelaskan bahwa hampir 90 persen gedung yang ada di Jayapura belum memenuhi standart proteksi kebakaran. Harusnya setiap gedung yang sifatnya untuk publik wajib memiliki sarana prasarana yang berkaitan dengan proteksi kebakaran.
“Saya ambil contoh kebakaran di ruko di jalan baru lalu ternyata tidak memiliki sarana prasarana untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran padahal gedung tersebut dimasuki oleh masyarakat umum. Seharusnya ketika bangunan tersebut berfungsi untuk pelayanan umum maka sudah seharusnya dilengkapi sejumlah fasilitas yang berkaitan dengan kebakaran,” bebernya. Jangankan hanya ruko, Fera mengatakan tak sedikit gedung pemerintah juga belum memenuhi standart proteksi kebakaran. Padahal banyak surat dan dokumen penting yang patut diamankan.
“Bisa dibilang 90 persen bangunan di Kota Jayapura belum memenuhi standart itu. Tak hanya gedung swasta tetapi juga pemerintah bahkan mungkin kantor media,” ujar Fera blak blakan. “Bangunan ruko itu wajib ada jalur evakuasi, sistem alarm, spinkle dan hydran tapi yang terjadi banyak yang tidak ada sarana ini,” imbuhnya. Ia berharap dalam perencanaan pembangunan ke depan ada kolaborasi yang melibatkan unit damkar untuk ikut memberi masukan terkait kondisi penanganan kebakaran. Khususnya di daerah perkotaan. Fera mencontohkan dari kawasan pemukiman di Pasar Youtefa pihaknya sulit sekali memobilisasi kendaraan termasuk bagaimana kendaraan unit damkar bermanufer di lokasi kebakaran terasa sangat sulit.
Ini dikatakan tak lepas dari penataan bangunan yang tidak terkendali. Bangunan satu dan yang lain berjarak sangat dekat sehingga satu titik api bisa langsung menyebar ke yang lain. “Kami juga sulit memutar kendaraan. Kalau satu unit mungkin bisa mundur tapi kalau di belakang ada mobil lain tentu masih harus menunggu. Itulah yang terjadi kemarin,” jawabnya. Cenderawasih Pos sempat mengamati apa yang disampaikan dan ternyata benar. Jarak ban mobil dengan dinding rumah warga hanya sekitar 2 meter dan jika pintu mobil dibuka maka akses semakin sempit.
“Lalu bicara support untuk hydrant ini juga masih menjadi soal karena hanya beberapa titik yang berfungsi selebihnya tidak berfungsi. Ini juga menyulitkan karena kami harus mencari lokasi yang bisa digunakan. Yang ada di wilyah Abe dan Waena hanya di Ale – ale dan toko tanpa nama untungnya mobil suplay saat ini cukup aktif membantu dan kami sangat tertolong,” pungkasnya. (ade/wen)