
MERAUKE- Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Agung Merauke yang berlangsung selama kurang lebih 1 minggu dan ditutup oleh Uskup Administrator Keuskupan Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSC lewat misa penutupan, Jumat (17/1).
Kepada wartawan, Uskup Administrator Mgr Petrus Canisius Mandagi menjelaskan bahwa hasil pertama dari Muspas ini pertam-tama ada persaudaraan pada imam. Karena betapa penting persaudaraan imam. Kalau imamnya tidak lagi bersaudara, tidak bersekutu dan bersatu maka sulit untuk membangun persukutuan umat.
Hasil kedua kemandirian sangat ditegakkan. ’’Kita mesti mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Papua Selatan bisa. Keuskupan Agung Merauke bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi dewasa,’’ katanya.
Mandiri disini kata Uskup adalah dalam arti persaudaraan dan itu mesti dibangun sendiri persaudaraan dan membangun perayaan-perayaan liturgi. “Kita merayakan liturgi dengan budaya yang ada disini tapi kita harus memperhatikan aturan liturgi secara universial. Kita harus mandiri dalam memberikan kesaksian. Orang Papua Selatan harus memberi kesaksian. Imam-imam harus memberi kesaksian tentang kebaikan dan nilai -nilai cinta kasih,’’ jelasnya.
Mandiri juga kata Uskup dalam hal hal berkorban. “Kita harus berkorban. Jangan tunggu orang lain berkorban. Orang kristen harus berkorban kebaikan dan cinta kasih,’’ terangnya.
Mandiri juga dalam hal keuangan. Mandiri dalam hal finansial. Uskup melihat orang Papua Selatan bukan miskin dan tidak bodoh. Tapi orang Papua Selatan punya kekayaan baik alam yang disediakan Tuhan. Tinggal mengolah alam yang disediakan tersebut serta mau berbagi dengan sesama. (ulo/tri)