
MERAUKE- Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Merauke Muh. Musdar, SIP, MM, mengungkapkan, bahwa pihaknya diberikan tugas oleh Pemerintah untuk melakukan mediasi dalam rangka mempercepat ekspor hasil-hasil pertanian.
‘’Di Indonesia, ada 50 kantor Karantina Pertanian dan kami diberi tugas untuk mediasi membantu mempercepat ekspor hasil pertanian,’’ kata Muh. Musdar ketika ditemui diruang kerjanya, minggu lalu.
Artinya, pengurusan administrasi perizinan tidak dibuat ribet, namun dipercepat tapi tidak melanggar peraturan. Ekspor hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan ini dalam rangka meningkatkan devisa negara. Sebab, semakin banyak melakukan ekspor maka devisa negara akan bertambah. Beda dengan import dari luar, menurut Muh. Musdar dilakukan secara ketat. Karena semakin banyak mengimpor tentunya akan mengurus devisa negara.
Diketahui, beberapa waktu lalu, Stasiun Karantina Pertanian Merauke melakukan launching ekspor beras ke PNG, Muh. Musdar menjelaskan bahwa ekspor beras yang dilakukan tersebut masih dilakukan dengan melakukan penjualan beras hasil produksi petani Merauke di sekitar perbatasan baik yang ada di Rawa Bustop, Boven Digoel, kemudian di perbatasan Ulilin Kabupaten Merauke maupun sekitar Sota.
‘’Ya setiap bulannya sekitar setengah sampai 1 ton beras kita dibeli oleh warga PNG yang ada di sekitar perbatasan tersebut,’’ jelasnya.
Sedangkan ekspor secara besar-besaran ke PNG, menurut Muh. Musdar, belum bisa dilakukan mengingat biaya angkutan lebih besar karena harus melalui Jayapura.
‘’Kecuali nanti kalau di Yetetkun Kabupaten Boven Digoel sudah dibuat Pos Lintas Batas Negara (PLBN) maka kemungkinan besar perdagangan kita akan meningkat ke negara kita yang ada di PNG. Sebab, di Kiongga yang merupakah daerah tambang tentunya diharapkan masyarakat yang ada dari daerah tersebut datang berbelanja ke perbatasan karena lebih dekat dan harga yang tentunya lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di sana,’’ terangnya. (ulo/tri)