JAYAPURA – Terkadang selain disebut gudangnya talenta pemain dengan olahraganya, Papua juga disebut kaya akan seni dan budaya. Hanya kalimat ini belum 100 persen tercermin di lapangan. Lihat saja masih banyak seniman yang menunggu “panggung” yang dibuat oleh pemerintah. Kalau tak ada event maka karya seni disimpan dulu. Nanti saat ada event baru satu – satu dikeluarkan kemudian dijejer dan dipamerkan. Itupun jika ada yang tertarik dengan sebuah karya seni khususnya seni rupa murni.
Terkadang para seniman juga masih harus mengurut dada untuk bisa mencari peluang hingga akhirnya kreatifitas yang seharusnya mengalir lebih banyak tertanam sambil menunggu moment. Ini seperti suara yang disampaikan salah satu pekerja seni di Kota Jayapura, Agus Ohee yang mengaku bingung karena taka da lokasi khusus yang bisa digunakan untuk memamerkan karya seninya. Tak hanya dia tentunya, banyak pekerja seni lainnya yang juga bernasib sama, hanya bisa mengeksplore ketika ada event. “Begitu sudah kondisi kami. Ini sebenarnya dirasakan oleh banyak sekali pekerja seni di Jayapura maupun kabupaten lain. Kami lebih banyak menunggu event jadi kalau pemerintah buat acara disitu baru kami masuk,” beber Agus Ohee di sanggarnya di Yoka, Distrik Heram, Jumat (5/10)
Pria kelahiran 1968 ini menyebut bahwa jika kondisinya terus menerus seperti itu maka seni dan kreatifitas yang dimiliki para seniman asli Papua diprediksi akan mati dan tenggelam. “Sulit kami akan maju kalau tidak disiapkan lokasi yang memang representative untuk memamerkan karya – karya kami. Kalau di kota – kota besar lainnya pemerintahnya menyiapkan art centre atau pusat kesenian jadi jika ada orang yang datang mereka tinggal menuju satu tempat. Nah di Jayapura atau di Papua ini art centre itu dimana?,” sindirnya. “Jangan hanya jadi pejabat toki dada tapi kami bingung titik kumpul dimana,” singgungnya.
Alhasil dari tak ada wadah untuk mengakomodir semangat para pekerja seni ini akhirnya yang muncul adalah keresahan. “Lukisan, ukiran, relief semua kami hanya simpan di rumah, taro digudang dan berdebu. Kalau ada pasar seni saya pikir itu sangat membantu. Kami bisa pajang dan pameran disitu dan kreatifitas akan tumbuh sebab selalu muncul ide – ide baru. Tapi kalau tidak ada ya kami buat banyak – banyak juga untuk apa,” imbuhnya. (ade/wen)