
MERAUKE-Plh. Kepala Perbatasan dan Kerja Sama Daerah Kabupaten Merauke Rakianus Samkakai, S.STP., mengakui bahwa sampai sekarang ini masih ditemukan adaya perdagangan gelap yang dilakukan oleh para pelintas batas baik dari Indonesia maupun dari Papua Nugini (PNG) menggunakan pendekatan kekeluargaan di darah perbatasan Torasi, Indonesia.
‘’Iya, masih ada perdagangan gelap dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan baik itu pelintas batas dari Indonesia yang melintas ke PNG maupun sebaliknya,’’ kata Rakianus Samkakai, kepada Cenderawasih Pos, akhir pekan kemarin.
Meski demikian, lanjut Rakianus Samkakai, ada masyarakat yang melakukan perjalanan lintas batas sesuai dengan ketentuan dengan mengunakan pas jalan. Tapi ada juga yang tidak mengunakan pas jalan. ‘’Ada juga yang sudah punya pass jalan, namun tidak melaporkan di Pos Imigrasi yang ada di Kampung Kondo saat akan melintas ke PNG. Karena akse s masuk ke Kampung Kondo di musim kemarau atau pada saat air surut itu cukup sulit. Begitu juga pelintas batas dari PNG, meski punya pas jalan, tapi tidak melapor ke KampungKondi dengan alasan tadi,’’ jelasnya.
Ditanya soal pemindahan pelayanan Keimigrasian dari Kampung Kondo ke Kali Torasi agar pengawasannya lebih efektif, Rakianus Samkakai menyebutkan tidak semudah yang dibayangkan. Karena dalam perjanjian kerja sama dengan pemerintah PNG, tempat pelayanan Keimigrasian tersebut berada di Kampung Kondo. ‘’Kecuali jika ada perubahan pada perjanjian kerja sama itu,’’ ucapnya.
Karena itu, menurut Rakianus Samkakai, dengan masih adanya perdagangan gelap di perbatasan tersebut tidak jarang warga negara Indonesia yang melintas ke PNG ditangkap oleh Otoritas PNG seperti yang dialami 2 WNI asal Kabupaten Merauke. Dimana kedua WNI asal Kabupaten Merauke tersebut masih ditahan bersama dengan speed boat yang dipakai ke PNG. (ulo/nat)