Pemkab Berikan Tali Asih, Palang Kantor DPRD Merauke Dibuka

By
Kristian Isir, SE, MM

MERAUKE-  Palang kantor  DPRD Kabupaten Merauke   oleh pemilik  hak  ulayat   yang menuntut  ganti rugi atas tanah tersebut  akhirnya dibuka  pada Sabtu  (19/10). Palang  pada pintu   masuk ruangan   sidang DPRD  Merauke ini dibuka setelah adanya negosiasi yang dilakukan   antara Pemerintah Kabupaten Merauke bersama DPRD Merauke bersama dengan  tokoh  Selatan Papua  Drs Johanes Gluba Gebze dengan  pemilik hak  ulayat.

   Dari negosiasi   tersebut,   akhirnya  pemilik hak ulayat bersedia membuka palang,  dimana pemerintah  Kabupaten Merauke  memberikan  tali asih sebesar Rp 200  juta.  namun dari pantauan  media ini Sabtu (19/10) sore, meski   pintu dibuka, namun spanduk  yang dipasang  di pintu   utama  tersebut  tetap terpasang dan  belum dicabut.   Tali asih ini diserahkan  oleh Sekretaris  Dewan  Kabupaten Merauke  Kristian Isir, SE, MM, Sabtu. 

   Wakil Ketua  II DPRD Merauke Ir.   Drs  Benjamin Latumahina  dihubungi  Sabtu  (19/10) mengungkapkan  bahwa setelah negosiasi   dilakukan  dengan pemilik hak  ulayat   kemudian   pemilik hak ulayat bersedia  untuk membuka  palang dimana pemerintah  memberikan  tali asih sebesar Rp 200  juta.  ‘’Pelantikan  anggota DPRD Kabupaten Merauke   tetap dilaksanakan  di  ruang sidang DPRD Kabupaten  Merauke,’’ kata  Benjamin Latumahina.  

    Soal gladi bersih,  Politisi    Partai NasDem  yang  telah mendapat SK  dari DPP Partai NasDem sebagai  Ketua   DPRD  Kabupaten Merauke  periode 2019-2024  ini mengungkapkan, bahwa   gladih bersih tersebut telah dilaksanakan pada Jumat (18/10) sore di ruang sidang DPRD  Merauke.   Artinya   pada Jumat  Sore,   ruang sidang tersebut sudah dibuka. Namun pada malam    harinya  dipalang kembali. Namun   pada  Sabtu siang  kembali dibuka  ada pertemuan dengan  para tua-tua adat  yang dilanjutkan dengan    penyerahan tali asih   tersebut. 

    Kendati palang telah  dibuka, namun tuntutan  masyarakat adat soal kursi  khusus bagi   masyarakat asli Marind  tersebut tetap  berlanjut. Karena  sasi yang   telah ditanam  oleh masyarakat  adat  tidak dicabut sebelum  aspirasi  masyarakat adat terjawab. 

   Sekadar diketahui,   tuntutan  kursi khusus bagi asli Marind  tersebut terkait dengan hasil  Pemilu  17 April  2019 lalu.   Sebagai  pemilik  hak kesulungan di tanah  ini, pada Pemilu    bulan April  tersebut hanya 3  orang asli Marind  yang  berhasil terpilih  dari total  30 kursi yang ada di DPRD Kabupaten  Merauke, atau hanya  10 persen  asli Marind yang duduk di DPRD Merauke.  (ulo/tri)    

Tinggalkan Balasan

You may also like

Hot News

%d blogger menyukai ini: