Punya Aroma dan Cita Rasa yang Khas, Ditanam Secara Organik

By

Kopi Papua yang Mulai Terkenal dan Mendunia

Tanah Papua selama ini dikenal dengan daerah yang kaya hasil tambang. Namun ternyata, Papua juga memiliki kopi yang sudah mulai mendunia. Apa saja varietas kopi Papua dan bagaimana peluang usahanya ?

Laporan: Priyadi, Kota Jayapura

PAPUA selama ini lebih banyak dikenal dengan kekayaan sumber daya alamnya khususnya disektor pertambangan. Selain itu, Papua juga dikenal memiliki hutan yang luas serta hasil laut yang melimpah. 

Hasil pertanian dan perkebunan Papua juga tidak kalah bersaing. Salah satunya yang mulai dikenal luas dan mendunia adalah kopi Papua. 

Kopi Papua tidak kalah bersaing dengan kopi dari wilayah Indonesia sudah banyak dikenal seperti kopi Toraja, kopi Gayo dari Nangroe Aceh Darussalam, kopi Arabika Kintamani, Bali, kopi Arabika Java Ijen Raung, Jawa Timur, kopi Liberika Rangsang Meranti, Provinsi Riau, kopi Arabika Flores Bajawa, Nusa Tenggara Timur dan kopi Robusta dari daerah Temanggung, Jawa Tengah.  

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Kota Jayapura yang juga owner Resto dan Coffe Shop Humbold Entrop, Jan Vriese mengakui kalau kopi Papua sudah terkenal di seluruh Indonesia dan mancanegara dengan kekerasan dan citarasa kenikmatannya.

Menurut Jan Vriese beberapa kopi Papua yang sudah banyak dikenal di Indonesia bahkan hingga ke mancanaegara seperti kopi Tiom merupakan kopi arabika dari Kabupaten Lanny Jaya. Kopi arabika lainnya yang sudah banyak dikenal di Papua di antaranya, kopi Kiwirok dari Pegunungan Bintang, kopi Modio dan Mapi dari Dogiyai, kopi Paniai, kopi Baliem dari Kabupaten Jayawijaya  dan masih banyak.

“Kopi Papua terkenal dengan kopi arabika yang ditanam di atas 1.500 di atas permukaan laut. Kopi arabika asal Papua ini bisa terus eksis dan berkembang karena tanaman kopi ditanam tanpa pupuk pabrik, hanya mengandalkan organik dari kompos dedaunan. Ini yang menjadi keunggulan kopi Papua,” jelasnya kepada Cenderawasih Pos, pekan kemarin. 

Di antara beberapa jenis kopi arabika di Papua, kopi Tiom dari Kabupaten Lanny Jaya menurut Jan Vriese, pernah dijual dengan harga Rp 2 juta perkilogram.

 “Kopi menjadi tanaman unggulan masing-masing daerah. Kopi Papua memiliki keunggulan cita rasa kopi berbeda, karena mempunyai ciri khas sendiri. Rasa kopinya ada yang asam, rasa buah-buahan, rasa agak manis dan ada juga kopi seperti aroma jamu. Kopi paling mahal sekarang kopi Tiom dari Lanni Jaya pernah dijual Rp 2 juta per kilogram,” tuturnya. 

Jan menambahkan, saat ini pemerintah daerah yang semangat dalam mengelola tanaman kopi yaitu Kabupaten Paniai. Bahkan Bupati Paniai Meky Nawipa, benar-benar serius dalam mengelola tanaman kopi Paniai. 

Bupati Paniai menurutnya, bahkan endatangkan profesor dari ITB untuk meneliti dan memberikan pendampingan kepada petani kopi di daerahnya. “Hal ini tentunya juga harus bisa dilakukan para pemimpin daerah lainnya yang memang melihat potensi kopi Papua di daerahnya masih bagus, juga harus berani seperti Bupati Paniai,” pintanya

Diakuinya, permintaan kopi Papua khususnya kopi arabika sangat meningkat. Contohnya di Kota Jayapura hingga Sentani, Kabupaten Jayapura, usaha kopi shop sudah 100-an lebih, baik yang besar maupun kecil. Bahkan sekarang ditambah lagi mobil street food yang menjual minuman kopi ala Papua di jalan-jalan sudah sangat banyak.

 “Kopi Papua sekarang sudah berkembang, kita lihat sendiri melalui Disperindag, UKM, Tenaga Kerja Papua, terus membina dan memberikan pelatihan kepada milenial muda dalam mengembangkan usaha kopi Papua dan memberikan pendampingan pada petani kopi bekerja sama dengan Bank Indonesia Papua. Selain itu, ada rencana membuka coffee shop yang menjual khusus kopi Papua. Contohnya di Jakarta dan Makassar, baik itu di mal atau bandara. Jadi ini peluang besar bagi pelaku usaha kopi di Papua,” tutupnya. 

Secara terpisah, Koordinator Komunitas Kopi Numbay yang juga owner Cafe Grande Jayapura, Roger V. Liem menyebutkan, kopi Papua yang berasal dari wilayah Pegunungan Tengah Papua, mempunyai ciri khas, rasa dan aroma tersendiri. 

Diakuinya, kopi Papua saat ini mulai booming karena penikmat kopi Papua sudah mulai terlihat banyak di Papua maupun luar Papua. Kondisi ini menurut Roger Liem merupakan peluang usaha bagi petani kopi di Papua maupun masyarakat di Papua pada umumnya. 

“Kopi Papua sekarang sudah terkenal. Namun sayangnya saat ini lebih banyak dijual biji kopinya dalam bentuk kemasan. Ini tidak akan membuka peluang usaha bagi UKM. Untuk itu, kami lebih fokus supaya orang asli Papua sudah bisa membuat kopi yang nikmat khas Papua, dan bisa menjadi barista kopi. Tentu hal ini akan meningkatkan perekonomian yang luar biasa,” ungkap Roger Liem kepada Cenderawasih Pos, pekan kemarin. 

Dengan hanya menjual biji kopi, Roger Liem menyebutkan, keuntungannya tidak besar. Namun apabila biji kopi tersebut diolah kemudian diracik oleh barista yang sudah dilatih, tentunya keuntungan yang dihasilkan jauh lebih besar jika hanya sekedar menjual kopi biji. “Ini juga bisa jadi sumber pendapatan bagi pemerintah. Segelas kopi saja harganya sangat luar biasa bagi pencinta kopi Papua,” tuturnya.

Roger sendiri baru-baru ini menjadi mentor pada kegiatan pelatihan barista kopi dasar bagi milenial Papua yang digelar Disperindagkop, UKM, Tenaga Kerja Papua, BLKI Papua, bersama Kadin Kota Jayapura.

“Saya telah berikan latihan dasar barista kopi bagi milenial Papua, bagaimana caranya membuat espresso secara manual. Termasuk memberikan materi teori kopi, seperti apa bedanya kopi arabika dengan kopi robusta dan basic knowledge tentang kopi,” tambahnya. 

Kata Roger, Komunitas Kopi Numbay masih tetap memprioritaskan produksi pengolahan kopi ala Papua. Karena sebenarnya banyak sekali daerah penghasil kopi di Papua dan masing-masing daerah juga mempunyai rasa biji kopi yang berbeda seperti kopi dari Pegunungan Bintang  memiliki cita rasa yang khas yaitu berry, citrus, jeruk fruity, sweet chocolate, sugar cane dan peach ada kopi asal suku Amungme.

Kopi Moanemani merupakan varietas unggulan dari tanah Papua. Kopi ini berasal dari Kabupaten Dogiyai. Ada juga kopi Baliem yang tumbuh di Lembah Baliem, Pegunungan Jayawijaya. 

Kopi Baliem menurutnya terkenal dengan cita rasanya yang khas. Dimana aroma yang dihasilkan kopi ini bernuansa cokelat dan floral yang cukup harum dengan body medium, sweetness yang sedang, dan tingkat keasaman yang rendah sehingga rasa yang dihasilkannya pun terasa begitu seimbang dan smooth.

“Ada juga kopi Kiwirok yaitu kopi arabika yang berasal dari Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang dan masih banyak kopi Papua lainnya,” tutupnya. 

Kurang lebih 4 tahun terakhir, kopi Papua makin gencar digarap dan diseriusi pemerintah provinsi dan kabupaten di Provinsi Papua. Usaha ini turut mendapat perhatian dari Bank Indonesia. Dimana kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua, sejak tahun 2018 rutin menggelar Festival Kopi Papua. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga menyebutkan, Bank Indonesia terus mendukung kopi Papua bisa lebih berkembang dan makin mendunia.  

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua menurut Naek Sinaga, bahkan sudah melakukan roadshow di daerah pegunungan Papua yang menghasilkan tanaman kopi berkualitas. Seperti Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Dogiay, Deyai, Paniai, Pegunungan Bintang dan lainnya. “Ini kami lakukan untuk memberikan dukungan kepada petani kopi, supaya tetap eksis dalam memelihara dan menanam kopi,” tuturnya. 

Selain itu, Bank Indonesia Papua juga membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha kopi untuk dikelola dengan baik dan bisa meningkatkan perekonomian.

“BI Papua juga melakukan pendampingan supaya pelaku UMKM  kopi bisa naik kelas dan khusus untuk kopi Papua, BI Papua tetap melakukan berbagai strategi. Yang pertama strategi bagaimana meningkatkan skala usahanya dan bagaimana meningkatkan kualitasnya, kontinuitas dari produksi itu harus tetap dijaga. Kedua bagaimana Bank Indonesia Papua terus memperkenalkan kopi Papua supaya bisa terkenal di seluruh Indonesia, bahkan mancanegara. Termasuk akan membantu memasarkan tidak hanya secara fisik namun juga secara digital dengan berbagai platform akan ditempuh BI Papua,” tambahnya.

“Festival kopi yang telah kita laksanakan mulai tahun 2018 ini sebagai batu loncatan supaya bagaimana kopi Papua bisa lebih dikenal. Karena antusiasme masyarakat juga sangat luar biasa, dan dalam pelaksanaan Festival Kopi PON yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 omsetnya juga sampai Rp 700 juta. Ini tentu memberikan dampak pada pelaku usaha kopi,” sambungnya. 

Naek Sinaga menyebutkan, hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dalam hal ini provinsi maupun kabupaten serta para pelaku usaha serta pemerhati kopi Papua yaitu perbaikan mulai dari hulu hingga hilir. 

Untuk di hulu harus diperhatikan agar tanaman kopi dirawat dan produktivitas petani serta teknik panen teknik pengolahan sampai dengan pemasaran ini semua harus terintegrasi.

“Kopi Papua terkenal dengan kekhasan karena ditanam di atas ketinggian 1300 mdpl-2700 mdpl yakni jenis kopi arabika yang memiliki ciri khas. Terbukti dari beberapa kopi yang telah disampaikan kepada asosiasi kopi, kopi Papua mendapatkan trading yang sangat baik di atas nilai 80 dan ini menjadi salah satu kelebihan,” bebernya.

Untuk itu, ia meminta kepada petani kopi supaya konsisten dalam menanam dan memelihara kopi. Dirinya juga berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah provinsi melalui OPD terkait. “Ini juga harus dilakukan dengan maksimal karena dengan terintegrasi dengan baik maka produk andalan kopi di Papua ini tetap menjadi kopi yang legend di dunia,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindagkop, UKM, Koperasi dan Tenaga Kerja Provinsi Papua, Omah Laduani Ladamay mengakui,  tanaman kopi di daerah pegunungan Papua jika dikembagkan dengan baik hasilnya sangat luar biasa. Karena dari  biji kopi yang dihasilkan ini jika diolah menjadi kopi kemasan maka nilai jualnya akan tinggi di pasaran. 

“Bahkan jika biji kopi Papua diolah menjadi minuman dengan campuran bahan lainnya tentu akan semakin meningkatkan peminat kopi Papua,” tuturnya.

Untuk itu, pihaknya akan mendorong perkebunan kopi di beberapa kabupaten di wilayah Pegunungan Tengah Papua agar bisa dikelola dengan baik dan benar, “Pemerintah tetap memberikan dukungan dan pendampingan kepada petani kopi,” pungkasnya.***

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News