
MERAUKE- Musim kemarau yang terjadi saat ini yang diperkirakan puncaknya pada bulan September dan Oktober 2018 membuat Badan Restorasi Gambut Nasional turun ke Merauke untuk mensosialisasikan pengelolaan gambut tersebut kepada masyarakat Merauke melalui stakeholder yang ada.
Kepala Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut Nasional Dr. Mirna A. Safitri pada pembukaan sosialisasi tersebut mengungkapkan bahwa sangat penting untuk menjaga lahan gambut dari kebakaran tersebut. Apalagi, saat ini musim kemarau mulai melanda Indonesia yang diperkirakan dengan waktu yang cukup panjang.
Menurutnya, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015 lalu telah menimbulkan kerugian yang cukup besar di Indonesia. Dimana pada saat itu sektar 2,6 juta hektar lahan dan hutan terbakar. Dari jumlah tersebut, sekitar 800.000 hektar lahan gambut terbakar.
Dikatakan, jika lahan terbuka dan lahan gambut terbakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang cukup banyak. ‘’Berdasarkan hasil penelitian IPB terkait terbakarnya lahan dan hutan tahun 2015 itu banyak gas beracun sianida yang terpapar di udara dan gas lainnya pasti banyak. Termasuk CO2 dan ini sangat membahayakan kita tidak hanya secara ekonomi tapi juga ketika bicara jangka panjang terhadap kesehatan yang kita alami termasuk anak-anak kita,’’ katanya, Kamis (1/8). (ulo)