
MERAUKE- Masalah kekerasan seksual atau persetubuhan terhadap anak di bawah umur di Merauke masih sangat erat kaitannya dengan masalah minuman keras. Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Reserse Kriminal Polres Merauke Bripka Welda Latupeirissa, ketika ditemui media ini mengungkapkan bahwa masalah pelaku kekerasan seksual atau persetubuhan terhadap anak di Merauke tersebut sampai sekarang ini factor pemicunya adalah minuman keras.
“Selama saya menangani masalah PPA ini, yang saya lihat itu bahwa pelakunya itu hampir semua dalam keadaan mabuk ketika melakukan kekerasan seksual terhadap anak,’’ kata Welda Latupeirissa.
Menurutnya, miras ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap kasus-kasus tindak pidana di Merauke. Tidak hanya kasus penganiayaan atau pengeroyokan dan pembunuhan yang pemicunya karena masalah miras namun juga masalah persetubuhan terhadap anak di bawah umur tersebut.
Dikatakan, dari Januari sampai Juni 2019, jumlah kasus perlindungan anak yang dilaporkan ke PPA Polres Merauke sebanyak 12 perkara. Terdiri persetubuhan terhadap anak dibawah umur sebanyak 4 perkara, pencabulan terhadap anak dibawah umur sebanyak 3 kasus, kekerasan terhadap anak dibawah umur 5 kasus.

Secara terpisah Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Merauke Agustina Kambayong ditemui media ini mengungkapkan, bahwa sejak Januari sampai Juni 2019, kasus -kasus yang dilaporkan ke pihaknya terkait dengan penelantaran anak dan masalah hak asuh anak.
Sedangkan untuk kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur belum ada yang dilaporkan. Terhadap penelantaran anak dan menyangkut hak asuh anak tersebut, diakui Agustina Kambayong sebagian besar terjadi karena kedua orang tua dari anak tersebut belum nikah secara sah. Mereka kumpul kebo tampa ada ikatan resmi baik secara agama maupun dari pemerintah. Bahkan, kata dia, sebagian besar masih berstatus mahasiswa.
‘’Rata-rata karena mereka kumpul kebo kemudian lahir anak. Ketika sudah ada anak terkadang tidak mau bertanggung jawab. Bahkan masalah asuh dari anak tersebut menjadi persoalan,’’ katanya. (ulo/tri)