Kapolresta, Kombes Pol Victor Mackbon berfoto usai menjadi komandan upacara pada 17 Agustus di Istana Negara baru-baru ini. (FOTO:Humas Polresta)
Perjuangan Kapolresta Kombes Pol DR Victor Mackbon Jadi Komandan Upacara HUT RI di Istana Negara
Nama Kapolresta Jayapura Kota, Kombes Pol DR Victor Mackbon belakangan dielu-elukan lantaran terpilih menjadi komandan upacara di Istana Negara. Perlu kecakapan untuk terpilih. Cenderawasih Pos mendapatkan sepenggal cerita di balik itu.
Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura
Setelah pada hari Bhayangkara terpilih sebagai Komandan Upacara di Stadion Gelora Bung Karno, perjalanan Kombes Pol Victor Mackbon tak berhenti disitu. Dari proses seleksi ketat, ia kembali terpilih sebagai komandan upacara 17 Agustus di istana negara.
Cenderawasih Pos sejatinya sudah mengatur janji cukup lama, namun baru pada Rabu (30/8) kemarin barulah bisa tertatap muka dan mendengarkan cerita langsung. Di sini mantan Kapolres Jayapura itu menyampaikan bahwa dari capaiannya ini tentu tidak instan. Membutuhkan komitmen dan konsistensi.
Jika ini dilakukan, ia meyakini siapa saja bisa menjalankan kepercayaan tersebut. Memang tidak mudah sehingga siapapun yang terpilih dipastikan memberikan kebanggaan tidak hanya pada institusi di daerah tetapi juga nama daerah. Victor Mackbon lantas menceritakan awal ia terpilih.
Dikatakan semua berawal dari mimpi dimana ia memiliki satu cita – cita yang ke arah tersebut. Nah untuk mewujudkan ini, Victor Mackbon ternyata menyiapkan semuanya selama 1 tahun mulai dari menyiapkan fisik, mencari informasi terkait iformasi upacara bendera maupun informasi tambahan lainnya.
“Saya mempersiapkan semuanya hampir 1 tahun dan meski belum tahu apakah bisa tembus atau tidak, tapi saya niatkan saja, jadi dengan kesiapan 1 tahun ini dan ternyata itu tidak membohongi hasil,” ujar Victor Mackbon di Jayapura.
Ia menyatakan bahwa semua perlu persiapkan dan dimanage dengan baik. Jika itu dilakukan maka hasilnya tidak akan jauh beda. “Saya bangun jam 5 pagi kemudian ke gym dan saya gunakan personal trainer yang paham untuk membentuk tubuh. Lalu di Jakarta kami lebih focus pada gerakan baris berbaris sambil tetap menjaga fisik,” cerita Mackbon.
Lalu jika ada yang sebelumnya merokok maka itu harus dihentikan. Jadi 1 bulan puasa merokok dan ini menjadi sesuatu yang baik karena menjaga fisik. “Kami juga disarankan untuk memakan kencur mentah guna menjaga suara. Di samping itu harus mengurangi gorengan atau yang minyak – minyak. Hasilnya selain suara bagus, badan juga sehat,” ceritanya.
Lalu selama mengikuti proses seleksi dan karantina, disebutkan bahwa tak hanya kecakapan baris berbaris tetapi ada juga tes psikologi, tes tertulis, wawancara lalu tes kesamaptaan atau fisik. Ini patut dijalankan semua yang ditunjuk harus memberikan yang sempurna. Jadi tidak hanya dilihat dari fisik tapi juga psikis. “Lalu kalau berjalan merasakan gugup itu juga diketahui oleh para penguji disana. Mereka paham semua,” bebernya.
Selama menjalani proses seleksi dari Jayapura hingga di Jakarta Kapolres mengaku berat badannya turun hingga 8 Kg. “Kalau ditanya perasaan nervous saya pikir itu ada dan ada pada proses seleksi. Ketika masih harus mengisi soal dan mempersiapkan kecakapan. Belum lagi saat seleksi masih harus bersaing dengan yang lain sehingga harus benar – benar disiapkan,” jelasnya.
Namun ketika sudah hari H dan berdiri di depan presiden maupun pasukan, Victor Mackbon menyampaikan bahwa perasaan nervous itu justru tidak ada. Itu karena dirinya menganggap ini hari bersejarah, hari kemerdekaan maka perlu dihadapi dengan perasaan suka cita.
“Jadi tidak perlu panik, apalagi gugu. Sebab ini semua untuk rakyat dan pemikiran saat itu justru harus memberikan yang terbaik untuk kepercayaan yang sudah diberikan. Semua sudah di depan mata dan mengalir saja,” sambungnya.
Lalu yang menarik dari moment upacara kemerdekaan di istana ini kata Victor secara pribadi ia melihat lebih pada momentum anak – anak Papua menjawab tantangan dan kepercayaan. “Lihat saja, saya sendiri dari Polresta sedangkan yang mengisi acara banyak dari anak – anak Jayapura, penyanyinya dua kelompok dari Jayapura kemudian yang membawa bendera juga anak Jayapura. Jadi tiga tim semua dari Papua. Kita yang mendominasi dan membuat suasana hidup serta bisa dinikmati semua pihak,” kenang Kapolres Mackbon.
Moment ini juga dianggap sebagai waktunya untuk menunjukkan kepada nasional dan internasional bahwa anak – anak Papua di Indonesia tidak perlu dibeda – bedakan. “Coba lihat kita dari Papua juga bisa menjadi bagian utama untuk mengisi kemerdekaan. Ada yang membawa bendera, ada yang menyanyi dari Jayapura dan yang jadi komandan upacara juga, jadi sebenarnya kita punya peluang yang sama tanpa harus berkecil hati, minder dan lainnya,” tambah Kaporlesta lagi.
Ia meyakini selama ingin berbuat yang terbaik pasti diberi jalan. Dari semangat dan ketekunan yang dilakukan, Victor Mackbon mengaku bukan tanpa contoh yang sudah diletakkan para senior lebih dulu. Dikatakan niatnya untuk mengikuti seleksi menjadi komandan upacara di istana negara karena ada role model lebih dulu dimana seniornya, Paulus Waterpauw sudah pernah menjalani dan itu menginspirasi.
“Ternyata setelah pak Paulus ada juga yang bisa melakukan, jadi tinggal bagaimana setelah ini kami terus memberikan motifasi kepada junior – junior untuk menyiapkan diri dan menyampaikan bahwa mereka juga bisa,” tambahnya. Hanya disini Kapolresta menyatakan bahwa banyak hal menyangkut prestasi yang bisa dilakukan dan tidak hanya menjadi komandan upacara tetapi bisa juga dibidang lain.
Disini Victor lantas menceritakan sejarah ia menjadi komandan upacara dimana ia mulai memimpin dari pangkat Ipda di tingkat kecamatan, di tingkat kabupaten, provinsi dan ditingkat nasional dan iapun menyadari dari track record ini mungkin semua sudah menjadi talentanya meski tidak mudah dan cukup lama serta harus konsisten.
Tahun 2010 menjadi komandan paskibraka pengibaran bendera dengan pangkat AKP. Ketika itu masih bertugas di Akpol Semarang dengan Presidennya pak SBY. Kemudian menjadi komandan upacara di hari Bhayangkara di Stadion Gelora Bung Karno dan kini di Istana Negara pada moment 17 Agustus.
Ia memberi saran bahwa yang perlu dilakukan tidak hanya menjaga tubuh tapi juga menjaga kinerja dan konsistensi dalam bekerja. “Tapi kini sudah kembali ke tugas awal untuk mengabdi kepada masyarakat. Apa yang didapat ini memang menjadi beban juga bagaimana menjaga konsistensi dalam hal tugas fungsi sebagai polisi memberikan rasa aman nyaman bagi masyarakat di Papua. Mungkin ini terlalu tinggi tapi kami yakin bisa,” tutupnya.
Sementara satu cerita menarik yang ia bagi adalah ketika ia ingin bergabung ke tengah lapangan pada moment lepas dan ada hiburan lagu, namun dihalangi oleh Paspampres karena memang semua harus lewat protocol. Namun ketika itu masyarakat yang menyaksikan tak bisa lagi dibendung sehingga memenuhi lapangan dan ikut bernyanyi dan berjoget bersama. Disitulah Kapolres nyeletuk, coba sekarang hentikan euphoria masyarakat yang membanjiri lapangan.
“Jadi memang saya ingin bergabung dengan teman – teman lain, tapi ditahan Paspampres tapi masyarakat atau tamu undangan yang hadir tidak bisa ditahan dan mereka ingin bergabung jadi saya bilang coba sudah tahan itu masyarakat yang sudah masuk lapangan dan akhirnya saya bisa bergabung,” selorohnya. (*/tri)