
MERAUKE- Dalam rangka pengembangan Tifa Papua atau kandara Papua, Pemerintah Kabupaten Merauke menggelar workshop berlangsung selama 3 hari yang dimulai sejak Kamis (13/6) lalu. Isaias Ndiken dari Dewan Kesenian Papua sata memberikan materi dalam rangka pengembangan tifa Papua tersebut mengungkapkan bahwa tifa merupakan salah satu identitas Papua yang tidak boleh hilang dari tanah ini, namun harus terus dikembangkan dan dilestarikan. Menurut dia, sebagai laki -laki Marind, yang menjadi teman adalah busur dan tifa.
“Namun di zaman milenial atau now, sekarang yang menjadi teman dari laki-laki Marind adalah HP. Yang penting tidak nau-nau sehingga lupa membuat tifa,’’ kata Iasias Ndiken, Sabtu (15/6).
Yang ditakutkan saat ini adalah adanya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Meski begitu jelas Iasias Ndiken, identitas sebagai orang Papua terutama sebagai orang Marind tersebut harus tetap dipertahankan
Namun untuk mempertahankan salah satu identitas tersebut, salah satu yang harus diketahui adalah bahan dari Tifa dibuat dari kayu apa. Sebab tifa atau kandara tersebut tidak dibuat dari semua kayu yang ada, namun kayu khusus. ‘’Jadi tidak semua jenis kayu bisa dibuat tifa. Tapi ada kayu yang khusus untuk buat Tifa ini,’’ jelasnya. Dalam Bahasa Marind, kayu yang khusus dibuat Tifa adalah kayu Kaulah.
‘’Kita perlu kembangkan kayu ini dengan cara menanam bibitnya. Kalau kayu ini habis maka bisa-bisa kita tidak dapat buat tifa lagi,’’ terangnya.
Diketahui, Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal beberapa waktu lalu menantang para pembuat tifa di Merauke. Menurut Wagub Klemen Tinal, berapapun tifa yang dibuat bahkan sampai 500 buah tifa yang dibuat pihaknya siap untuk membeli. (ulo/tri)